Asuhan keperawatan masyarakat maritim dengan kecelakaan lalu lintas di laut

 ASUHAN KEPERAWATAN

MASYARAKAT MARITIM DENGAN 

KECELAKAAN LALU LINTAS DILAUT

(LUKA BAKAR)









Oleh

Kelompok IV

Karel

Arnita sari

Samsul

Citra

Wa ode Santi asrianti









SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KARYA KESEHATAN KENDARI

PRODI S1 KEPERAWATAN

KENDARI

2020



BAB I

PENDAHULUAN


Latar Belakang

Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling beragul, berinteraksi, menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa identitas bersama dan merupakan kesatuan sosial, saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan (Nasrul,1995). Manusia sebagai suatu sistem sosial menunjukkan bahwa semua oang bersatu untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama dan berfungsi sebagai satu kesatuan dan secara terus menerus mengadakan hubungan atau interaksi kepada sistem yang lebih lebih besar. Demikian terdapat masalah kesehatan dalam suatu masyarakat akan saling mempengaruhi. Kesehatan masyarakat bila tidak diatasi sebagai masalah bersama maka dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat bahkan dapat mempengaruhi derajat kesehatan secara nasional.

Sehat adalah suatu keadaan yang bukan hanya bebas dari rasa sakit, cacat, dan kelemahan, tetapi meliputi keadaan seimbang antara fisik, mental, dan lingkungan (DEPKES,1990). Masalah kesehatan masyarakat yang telah terjadi tidak di perilaku masyarakat yang merugikan atau gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan dapat bermula dari perilaku individu, keluarga ataupun perilaku kelompok masyarakat. Sebab itu dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat harus ditangani secara komprehensif, yang dimulai dari individu, keluarga, kelompok, sampai masyarakat dengan pendekatan lintasan sektor, dan lintas program. 

Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat. Perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif serta berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitalif secara menyuruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.

Kecelakaan lalu lintas merupakan permasalahan kesehatan global sebagai penyebab kematian, disabilitas, dan defisit mental. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian urutan kesebelas di seluruh dunia dan menelan korban jiwa sekitar 1,25 juta manusia setiap tahun.(Depkes RI, 2017).

Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan penyebab luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan dengan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena tersiram air panas dengan luka bakar karena terkena zat kimia atau radiasi membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya sama.

Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan rehabilitasnya masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil. Mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien, maka pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun Laporan  tentang “Asuhan  Keperawatan Masyarakat Maritim dengan Kecelakaan Lalu Lintas diLaut Dengan Pasien Combustio (Luka Bakar)”

Tujuan Penulis

Tujuan Umum

Mampu menjelaskan tentang penerapan asuhan keperawatan pada kecelakaan lalu lintas dilaut dengan masalah gangguan sistem integumen (combustio)

Tujuan Khusus

Menjelaskan  konsep  dasar  medis  pada  pasien  dengan  luka  bakar  mulai  dari definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologis, manifestasi, pemeriksaan diagostik, kompilikasi dan penatalaksanaan medik.

Menganalisa data serta merumuskan diagnosa pada klien dengan luka bakar dan membuat patways luka bakar.

Membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar











BAB II

KONSEP DASAR TEORI


Pengertian

Pengertian luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhutinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik (Mansjoer, 2001).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan  atau mendinginkan. Secara garis besar ada lima mekanisme penyebab timbulnya luka bakar, yaitu terutama adalah sebagai berikut :

Api : kontak dengan kobaran api.

Luka bakar cair : kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.

Luka bakar kimia : asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan organik.

Luka bakar listrik    : Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik  memiliki  karakteristik  yang  unik,  sebab  sekalipun sumber panas (listrik)      berasal dari luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam tubuh.

Luka bakar kontak  : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan panas atau knalpot sepeda motor (Brunner&suddart, 2002).

The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-data statistic dari berbagai pusat luka bakar diseluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan dari mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak-anak yang baru belajar berjalan ; bermain dengan korek api pada anak-anak uasia sekolah; cedera karena arus listrik pada remaja laki-laki; dan penggunaan obat bius, alcohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini memberikan kontribusinya terhadap angka statistic tersebut. Cobb, Maxwell dan silverstein. 1992 mengemukakan bahwa sekitar 13% pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit atau pun anggota keluarganya sudah pernah dirawat sebelumnya karena luka bakar. Perawat harus menjadi alat untuk memutskan rantai luka bakar ini.

Ada empat tujuan utama yang berhubungan dengan luka bakar :

Pencegahan

Implementasi tindakan untuk penyelamatan jiwa pada pasien-pasien luka bakar yang berat

Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui penganan dini, spesialistik serta individual

Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekonstruksi dan program rehabilitasi.

Prediksi keberhasilan hidup : orang yang berusia sangat muda dan tua memiliki risiko mertalitas yang tinggi sesudah mengalami luka bakar. Peluang untuk bertahan hidup lebih besar pada anak-anak yang berusia di atas 5 tahun dan pada dewasa muda yang berusia kurang dari 40 tahun. Cedera inhalasi yang menyertai luka bakar akan  memperberat prognosis  pasien. Hasil akhirnya tergantung pada dalamnya dan luasnya luka bakar di samping pada status kesehatan sebelum luka bakar serta usia pasien. (Brunner&suddart, 2002)

Etiologi

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misal suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas : api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup. Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :

Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. (gas, cairan, bahan padat/solid)

Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena  kontak  dengan  zat-zat  pembersih  yang  sering  dipergunakan  untuk  keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi. (Brunner&suddart, 2002)  (Corwin, 2009) (Mansjoer, 2001) (Hudak, 2008)

Patofisiologi

Respon sistemik

Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Pasien yang luka bakarnya tidak mencapai 20% dari luas total permukan tubuh akan memperlihatkan respons yang terutama bersifat local. Insideni, intensitas dan durasi perubahan patofisiologik pada luka bakar sebanding dengan luasnyaluka bakar dengan respon maksimal terlihat pada luka bakar yang mengenai 60% atau lebih dari luas permukaan tubuhnya. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika  bukan hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan berbagai mekanisme lainnya.

Respon kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon system saraf simpatik akan melepaskan ketokolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokonstriksi) dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.

Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya tekanan  darah  kisaran  normal  yang  rendah  sehingga  curah  jantung  membaik. Meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan yang adekuat, tekanan pengisian jantung- tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji arteri pulmonalis tetap rendah selama periode syok luka bakar. Jika resusitasi cairan tidak adekuat, akan terjadi syok distributif.

Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24 jam hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8 jam.   Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan  caira mengalir kembali kedalam kompertemen vaskuler setelah cairan diabsorbsi kembali ke jaringan intertisial ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan  meningkat. Jika fungsi renal dan kardiak masih memadai, haluaran urin akan meningkat. Diuresis berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka gangguan integritas kapiler dan perpidahan cairan akan terbatas pada luka bakar itu sendiri sehingga pembentukan sehingga pembentukan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka bakar. Pasien dengan luka baakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang massif.

Respons pulmoner

Sepertiga dari pasien-pasien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang berhubungan dengan luka bakar. Meskupun tidak terjadi cedera pulmoner, hipoksia dapatdijumpai. Pada luka bakar yang berat , konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh pasien akan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respons local (white, 1993). Untuk memastikan tersedianya oksigen bagi jaringan, mungkin diperlukan suplemen oksigen.

Cedera pulmoner diklasifikasikan menjadi beberapa kategori : cedera saluran napas, cedera saluran napas di bawah glotis yang mencakup keracunan karbon monoksida ; dan defek restriksi. Cedera saluran napas atas terjadi akibat panas langsung atau edema. Keadaan ini bermanifestasi pada sebagai obstruksi mekanis saluran napas atas yang  mencakup faring dan laring (Corwin, 2009) (Brunner&suddart,2002) (Hudak C. M., 2008)














Pathways




Manifestasi Klinik

Kedalaman luka bakar

Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sbagai luka bakar superficial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness. Respons lokal terhadap luka bakar bergantung pada dalamnya kerusakan kulit.

Luka  bakar  derajat  Satu,  epidermis  mengalami  kerusakan  atau  cedera  dan sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami lepuh/bulle.


Gambar Luka Bakar Derajat I

Luka bakar derajat dua, meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisiaan kembali kapiler ; folikel rambut masih utuh.

Luka Bakar Derajat II Dibedakan atas 2 (dua) :

Derajat II Dangkal (Superficial) :

Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. (Moenadjat, 2001).

Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat satu dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat dua superfisial setelah 12 sampai 24 jam.

Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna pink dan basah.

Jarang menyebabkan hypertrophic scar.

Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3 minggu (Schwarts et al, 1999).


Gambar Luka Bakar Derajat II (superficial)

Derajat II Dalam (Deep)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.

Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa.

Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak berwarna pink dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplai darah  ke  dermis  (daerah  yang  berwarna  putih  mengindikasikan  aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali; daerah yang berwarna pink mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah).

Jika infeksi dicegah luka bakar akan sembuh dalam 3 sampai 9 minggu. (Schwarts et al, 1999)

Luka bakar derajat tiga, meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan yang berada dibawahnya. Warna putih hingga merah, cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut hancur. (Brunner&suddart, 2002)


Gambar Luka Bakar Derajat III

Berdasarkan Luasnya

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:


Bagian tubuh

1 th

5 th

Dewasa


Kepala leher

18%

14%

9%


Ekstrimitas atas (kanan dan kiri)

18%

18%

18 %


Badan depan

18%

18%

18%



Badan belakang


18%

18%

18%


Ektrimitas bawah (kanan  dan

kiri)

32%  

32%  

36%  


Genetalia

1%

1%

1%



Berdasarkan Berat-Ringannya luka bakar

Dalam menentukan berat luka bakar adalah berdasarkan pada luas ukuran dan kedalaman. Ada terdapat tiga kategori dalam menentukan berat luka bakar; mayor, modrat, minor.

Luka bakar mayor

Terdapat satu atau lebih kriteria :

Luka bakar derajat III lebih dari 10% luas permukaan tubuh

Luka bakar derajat dua lebih dari 25% luas permukaan tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak anak.

Luka bakar terdapat pada tangan, muka, kaki, atau genetalia.

Luka bakar dengan komplikasi fraktur, atau gangguan pernapasan.

Luka bakar elektrik. 

Luka bakar Moderat

Luka bakar 2% sampai 10% luas permukaan tubuh.

Luka bakar derajat II 15% sampai 25% luas permukaan tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 10% samapi 20% pada anak.

Luka bakar minor

Luka bakar derajat III kurang dari 2% luas permukaan tubuh.

Luka bakar derajat II kurang dari 15% luas permukaan tubuh pada orang dewasa dan lebih dari 10% pada anak

Dalam melakukan pengkajian yang harus menjadi pertimbangan secara khusus adalah lokasi luka bakar : muka, tangan, kaki, dan genetalia karena kemungkinan hilangnya fungsi.

Fase Luka Bakar

Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme  bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak  hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.

Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:

Proses inflamasi dan infeksi.

Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.

Keadaan hipermetabolisme.

Fase lanjut

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur (Corwin, 2009).

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa adalah :

Hitung darah lengkap

Peningkatan MHT awal menunjukan hemokonsentrasi sehubung dengan  perpindahan atau kehilngan cairan. Selanjutnya menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah.

Sel darah putih

Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap cidera.

GDA

Dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi.

CO Hbg

Peningkatan lebih dari 15 % mengindikasikan keracunan CO cidera inhalasi.

Elektrolit serum:

Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera jaringan/ kerusakan SDm dan penurunan fungsi ginjal.

Natrium urine random

Lebih besar dari 20 MEqL mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang dari 10MEq / L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan.

Glukosa serum

Rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan.

Albumin serum

Peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress.

BUN kreatinin

Peningkatan BUN menujukan penuruna fungsi- fungai ginjal.

Urine

Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.

Foto roentgen dada

Dapat tampak normal pada pansca luka bakar dini meskipun dengan cidera inhalasi, namun cidera inhalasi yang sesungguhnya akan ada pada saat progresif tanpa foto dada.

Bronkopi serat optic

Berguna dalam diagnosa luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi edema, perdarahan dan/tukak pada saluran pernafasan atas

Loop aliran volume

Memberikan pengkajian non invasive terhadap efek / luasnya cidera inhalasi

Scan paru

Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya xidera inhalasi

EKG

Tanda iskemia miokardiak disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik

Foto grafi luka bakar

Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya


Komplikasi

Infeksi

Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan) kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pada edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.

Curling’s ulcer (ulkus Curling)

Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.

Gangguan Jalan nafas

Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.

Konvulsi

Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.

Kontraktur

Merupakan gangguan fungsi pergerakan.

Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut


Pengkajian

Pengkajian

Anamnesa

Identitas

Identitas klien

Nama                    : 

Umur                    :

Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian.

Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan karena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.

Riwayat Kesehatan

Riwayat penyakit sekarang

Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang).

Riwayat penyakit masa lalu

Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol.

Riwayat penyakit keluarga

Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.

Diagnosa Keperawatan

Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon monogsida, inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas.

Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap .

Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan dan interupsi aliran darah arteri / vena.

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.

Diangnosa keperawatan : hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikro sirkulasi kulit dan luka yang terbuka.

Diangnos keperawatan: nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan dan syaraf serta dampak emosional cedera.

Resiko infeksi berhubungan dengan kehilangan barrier kulit dan terganggunya respon imun.

Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan otot.

Konstipasi berhubungan dengan Penurunan peristaltic usus akibat penurunan aliran darah ke gastrointestinal.

Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan  hipovelemia dan peningkatan afterload akibat disfungsi konduksi listrik

Intervensi

Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon monogsida, inhalasi asap dan obstruksi saluran nafas atas.

Tujuan : pemeriharaan oksigenasi jaringan yang adekuat.

Kriteria Hasil :

Tidak ada dipnea.

Frekuensi respirasi antara 18-24x permenit. Paru bersih pada auskultasi selanjutnya. saturasi oksigen arteri lebih dari 96% denagn oksimetri nadi kadar gas darah arteri dalam batas normal.

Intervensi                                                        Rasional


Berikan oksigen yang sudah dilembabkan

Kaji bunyi nafas, frekuensi pernafasan, irama dan simetrisnyapernafasan. Pantau pasien untuk  mendeteksi  tanda-tanda hipoksia.

Amati hal-hal berikut : 

Eritma pada mukosa bibir dan pipi.

Lubang hidung yang gosong.

Luka bakar pada muka

Bertambahnya keparauan suara.

Adanya  hangus  dan  sputum  atau jaringan trakea dalam secret respirasi.

Pantau  hasil  gas  darah  arteri,  hasil pemeriksaan oksimetri   denyut nadi dan kadar karboksi-hemoglobin.

Laporkan pernafasan yang berat, penurunan dalamnya pernafasan, atau tanda-tanda  hipoksia  dan  segera kepada dokter.

Bersiap untuk membantu dokter dalam intubasi dan eskarotomi

Pantau  dengan  ketat  keadaan  pasien yang menggunakan alat ventilator mekanis.

Oksigen yang dilembabkan akan memberikan kelembapan pada jaringan yang cedera; suplementasi oksigen meningkatkan oksigenasi alveoli.

Hasil pengkajian ini memberikan data dasar untuk pengkajian selanjutnya dan bukti peningkatan penurinan pernafasan.

Tanda ini menunjukkan kemungkinan cedera inhalasi dan resiko disfungsi pernafasan.

Peningkatan PCO2 dan penurunan PO2 serta saturasi O2 dapat menun jukkan perlunya fentilasi mekanis.

Intervensi yang segera diperlukan untuk mengatasi kesulitan pernafasan.

Intubasi memungkinkan ventilasi mekanis. Eskarotomi memudahkan ekskursi dada pada luka bakar yang melingkar.

Pemantauan memungkinkan deteksi dini penurunan status respirasi atau komplikasi pada ventilasi mekanis


Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asap .

Tujuan : pemeliharaan saluran nafas yang peten dan bersihan saluran nafas adekuat.

Kriteria Hasil :

Jalan nafas paten.

Sekresi respirasi minimal, tidak berwarna dan encer. Frekuensi respirasi,pola dan bunyi nafas normal.





Intervensi                                                  Rasional


Pertahanan kepatenan jalan nafas melalui pemberian posisi pasien yang tepat, pembuangan sekresi, dan jalan nafas artificial bila diperlukan.

Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas, batuk rejan.

Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.

Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ; perhatikan adanya pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah muda.

Dorong pasien agar mau membalikkan tubuh,batuk dan nafas dalam. Anjurkan agar pasien menggunakan spirometri insentif. Tindakan pengisapan jika diperlukan




Jalan nafas yang paten sangat krusial untuk fungsi respirasi.

Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh sampai 48 jam setelah terbakar.

Kelembapan akan mengecerkan secret dan mempermudah ekspektorasi.

Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjadi distress pernafasan/edema paru dan kebutuhan intervensi medik.

Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pembuanggan sekresi












Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan  dan interupsi aliran darah arteri / vena.

Tujuan : aliran darah pasien ke jaringan perifer adekuat

Kriteria Hasil :

nadi perifer teraba dengan kualitas dan kekuatan yang sama pengisian kapiler baik warna kulit normal tidak sianosis

Intervensi                                                  Rasional




Kaji warna, sensasi, gerakan, dan nadi perifer.

Tinggikan ekstremitas yang sakit.

Ukur TD pada ektremitas yang mengalami luka bakar.

Dorong latihan gerak aktif.

Lakukan kolaborasi dalam mempertahankan penggantian cairan.

Kolaborasi dalam mengawasi elektrolit terutama natrium, kalium, dan kalsium.

Lakukan kolaborasi untuk menghindari injeksi IM atau SC.





Pembentukan edema dapat terjadi secara cepat menekan PD sehingga mempengaruhi sirkulasi PD ke jaringan perifer.

Untuk meningkatkan aliran balik vena dan dapat menurunkan edema.

Untuk mengetahui kekuatan aliran darah ke daerah yang mengalami luka bakar.

Untuk meningkatkan sirkulasi darah lokal dan sistemik.

Untuk meningkatkan volume sirkulasi dan perfusi jaringan.

Mengawasi terjadinya penurunan curah jantung.

Perubahan perfusi jaringan dan pembentukan edema mengganggu absorpsi obat








Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.

Komentar